Penggilasan teknologi lama oleh yang baru tersebut berlaku untuk segala hal, mulai dari perangkat elektronik, alat komunikasi sampai dengan fitur pendukung teknologi yang bersangkutan, contohnya saja Short Message Service atau biasa disebut SMS.
Dalam Wikipedia menuliskan, ide dari pengiriman pesan via jaringan ini mulai dicetuskan pada tahun 1980-an dan konsep SMS pertama kali dikembangkan oleh dua orang teknisi dari Jerman bernama Friedhelm Hillebrand dan Bernard Ghillebaert dari Perancis pada tahun 1984.
Pada awalnya, SMS hanya memiliki batas maksimal sepanjang 128 karakter, kemudian bertambah menjadi 140 karakter, dan seperti yang digunakan sekarang ini yaitu 160 karakter. Pesan SMS pertama dikirimkan melalui jaringan GSM milik Vodafone Inggris pada tanggal 03 Desember 1992.
Pesan tersebut dikirim oleh Neil Papworth menggunakan PC ke Richard Jarvis yang menggunakan handset dengan nama Orbitel 901, dengan tulisan "Selamat Natal."
Ponsel GSM versi awal tidak dapat digunakan untuk mengirim SMS. Pada masa itu, SMS hanya digunakan untuk mengirimkan peringatan dari operator kepada pengguna ponsel. Nokia-lah yang pertama kali membuat ponsel dengan kemampuan kirim SMS pada tahun 1993.
Memang awalnya, pengiriman SMS hanya dapat terjadi untuk satu operator yang sama saja. Dengan perkembangan teknologi, maka setiap pengguna handset dapat mengirimkan pesan teks singkat lintas operator.
Bahkan, pengguna ponsel di Amerika Serikat pada 1995 rata-rata hanya mengirim 0,4 pesan per bulan. Namun seiring waktu angka tersebut naik, pada tahun 2000 pengguna ponsel Amerika Serikat rata-rata mengirim 35 pesan per bulan.
Irish Times (03/2012) melansir bahwa sampai akhir tahun 2012 saja, lebih dari 3 miliar pesan teks singkat dikirimkan. Dalam satu menitnya, sekitar 15 juta SMS dikirimkan dengan menggunakan perangkat mobile.
Ketika teknologi semakin lama semakin maju, SMS akhirnya mendapatkan 'saudara' baru, MMS dan EMS, yang berfungsi sama namun memiliki kemampuan lebih untuk mengirimkan tidak hanya pesan berupa tulisan saja namun gambar, suara bahkan video.
Dikarenakan tarif biaya untuk pengiriman gambar, video atau suara melalui MMS dan EMS cukup menguras pulsa, maka SMS masih menjadi nomor satu untuk urusan pengiriman pesan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak perangkat mobile yang diciptakan dengan segudang fitur menarik lain seperti Personal Digital Assistant yang mampu berkirim-kiriman email secara langsung.
Walaupun sekitar tahun 2002 lalu, PDA menjadi salah satu perangkat yang boleh dibilang lux, namun ponsel tetap diminati karena yang dibutuhkan pengguna mobile pada waktu itu lebih ke pengiriman pesan singkat yang tidak memakan banyak pulsa dan membutuhkan gadget dengan harga selangit. SMS tetap berjaya mengalahkan perangkat yang miliki fitur pengiriman pesan berupa email.
Waktu terus berjalan, teknologi semakin berkembang, perangkat-perangkat mobile baru terus bermunculan. Akhirnya ada satu masa yang menjadi titik ketika SMS secara perlahan harus tergencet dengan aplikasi baru yang lebih menarik. BlackBerry berjaya mengalahkan ponsel yang hanya tawarkan fitur SMS saja.
BlackBerry dikatakan mampu menarik minat banyak orang karena perangkat ini boleh dibilang merupakan pengembangan dari PDA dengan desain dan bentuk yang lebih kecil serta menawarkan satu fitur yang akhirnya menjadi 'pembunuh' SMS yaitu BlackBerry Messenger (BBM).
Walaupun tidak secara drastis banyak ponsel berubah haluan dan mengganti perangkatnya menggunakan BlackBerry yang miliki fitur BBM namun pengguna ponsel tetap tinggi. Akan tetapi, dari bulan berganti bulan, BBM menjadi satu icon kebangkitan aplikasi multifungsi yang mampu menggabungkan layanan chatting, email, SMS, MMS serta MMS dalam satu perangkat.
Selain BBM, aplikasi atau layanan jasa chatting seperti Google Talk, iMessage, AIM, Yahoo Messenger, Skype serta jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mulai mendapatkan tempat dan disukai banyak kalangan (Pocket Now - 2012). SMS semakin terjepit.
Kemirisan eksistensi SMS juga ditambah lagi dengan banyaknya operator di beberapa negara yang tawarkan layanan telepon gratis ke sesama pengguna produknya dari jam-jam khusus, namun untuk layanan SMS, mereka masih masih tetap mengenakan biaya, walaupun tarifnya sedikit dipangkas.
Untuk beberapa tahun terakhir, operator-operator seluler di Indonesia juga berlomba-lomba menawarkan tarif SMS dengan harga yang murah meriah disertai dengan bonus-bonus khusus yang istilahnya adalah perang tarif.
Sayangnya, walau dengan perang tarif tersebut, SMS masih terkesan menjadi pilihan kedua ketika layanan internet atau layanan yang diberikan pemilik aplikasi chat tidak memungkinkan.
0 comment:
Post a Comment