- Title: Dark Eyes - The Beginning of Evil ( Pharase 3 )
- Author: Valdo L Finz
- Genre: Fantasy, Action, Romance, Slice of life, Comedy.
- Status: Completed
- Previous story: Penyelesaian - Click Here
BAB III
Ungkapan Maaf
Delapan juli, pukul setengah empat sore.
“Hmm.. pekerjaan apa yang harus kupilih?” gumamku.
Disore hari yang cukup melelahkan ini, aku berangkat menuju pusat kota Kyoto.
Dengan sangat menyesal, kukatakan..
Mungkin bisa dibilang seperti itu.
Tentunya semua itu kulakukan sesudah menyelesaikan kegiatan belajar di sekolah. Disore hari ini, aku berkeliling menelusuri setiap sudut jalan perkotaan. Pada saat itu suasana cukup ramai.
Banyak sekali orang yang berlalu lalang. Ternyata sore hari tak membuat pusat kota menjadi sepi. Memang cukup menyulitkan tentunya berjalan dalam situasi yang cukup ramai itu.
Namun semua itu tak mengubah pemikiranku. Memang siapa yang peduli dengan suasana yang cukup ramai.
Dengan langkah perlahan, aku mengamati setiap sudut tempat didalam kota itu.
Dalam setiap langkahku..
Aku mengamatinya.
Saat ini aku bermaksud untuk mencari sebuah informasi tentang sebuah lamaran pekerjaan.
Aku berjalan sejenak, sambil sesekali berhenti didalam keramaian. Tapi baru saja aku berputar-putar sejenak, aku menemukannya.
Aku melihatnya.
Mungkin menurutku pencarian ini terlalu mudah.
Ternyata semua pencarian yang kulakukan ini tidaklah sia-sia. Malah melebihi dugaanku.
Lebih dari yang kubayangkan.
Semua yang kuperkirakan lebih dari yang kubayangkan. Berbagai lamaran pekerjaan terpampang rapi di setiap sudut jalan kaca pertokoan dan restoran. Walaupun tidak semua pertokoan atau restoran membuka lamaran perkerjaan.
Meskipun hanya beberapa segelintir kecil saja, namun cukup banyak sekali perkerjaan paruh waktu yang ditawarkan pada setiap lembaran yang kulihat. Tapi entah mengapa semua itu tak membuat pikiranku tenang.
Aku sangat bingung dibuatnya,
bingung seperti orang yang sedang tersesat jalan.
Memang pekerjaan yang ditawarkan cukup mengiurkan. Terlebih lagi bayarannya pun cukup memuaskan. Namun aku sangat bingung untuk memilihnya, karena selama ini aku tidak pernah bekerja semenjak kepergian ayahku.
Kepergian ayahku.. meninggalkan ibu.
Pengumuman informasi part-time job :
1. Pelayan -> ¥ 800 per-jam.
2. Juru masak ( koki ) -> ¥ 900 per-jam.
3. Kasir –> ¥ 850 per-jam.
4. Bagian kebersihan ( Cleaning service ) -> ¥ 750 per-jam.
Perhatian part-time job :
- Tidak boleh menganggu waktu belajar.
- Tujuannya hanya untuk menambah biaya sekolah.
- Tidak boleh bekerja di tempat hiburan malam, karaoke, dan bar.
- Tidak boleh melewati waktu dari jam tertentu.
“Sungguh pilihan yang menyulitkan..” pikirku.
Memang pilihan perkerjaan itu cukup menyulitkan, terlebih lagi persyaratannya itu.. Benar-benar harus diperhatikan. Tapi semua itu tidak masalah, karena tujuanku hanya untuk menambah biaya sekolah.
Membantu ibuku.
Menghilangkan semua kemalasan berserta penyesalan..
Penyesalan dimasa lampau.
Hanya itu lembaran informasi yang selalu kutemui didalam pencarianku. Secara garis besar, hanya seperti itu yang sering kulihat. Sesekali aku mengamatinya, memperhatikannya. Melihatnya dalam-dalam sejenak, lalu memalingkan pandanganku kembali.
Berpaling kembali..
Mengamatinya lagi..
“Sungguh merepotkan..” pikirku.
Memang keadaan ini cukup membingungkan untuk siapa saja. Kuakui, mengambil keputusan untuk bekerja memang cukup menyulitkan. Terlebih lagi, aku tidak mempunyai pengalaman dalam berkerja. Lalu yang lebih parahnya lagi, aku hanya selalu berkecimpung dalam dunia manga dan anime.
Dalam dunia Otaku.
Aku memandanginya satu persatu, dengan raut wajah yang cukup membingungkan tentunya. Aku melihatnya dalam-dalam.. Melihatnya dengan penuh perhatian..
Melihat setiap lembaran yang kutemui.
Meskipun kutahu, ada juga sebuah papan besar yang berada di pusat perbelanjaan kota atau taman. Sebuah papan yang menjadi tempat berkumpulnya semua informasi tentang lamaran pekerjaan.
Namun biasanya yang terpampang disitu hanyalah sebuah perkerjaan tetap. Jarang sekali ada pekerjaan paruh waktu yang tertulis disana.Tak jarang aku melirik setiap perkacaan toko dan restoran dalam pencarian itu. Yah mungkin entah sudah berapa kali aku memperhatikannya.
Lalu tanpa terasa berapa belas menit telah terlewati didalam pencarian itu. Mungkin aku terlihat seperti orang bodoh dalam keramaian itu. Namun karena terbatasnya waktu didalam pencarian itu, terlebih lagi hari sudah cukup sore, akhirnya aku memutuskannya.
Aku memilihnya.
Dengan penuh perhitungan yang cukup matang.
Sungguh merepotkan.
Aku berpaling kembali, berputar kembali ke arah sudut jalan yang telah kulalui. Aku melihat kembali tempat itu, tempat terpampangnya semua lembaran itu.
Tak jarang aku memilih tempat yang terlihat cukup menarik didalam penglihatanku. Dengan langkah perlahan, aku memantapkan hatiku dan membuka pintu suatu restoran yang telah kupilih.
“Maaf, permisi!” ucapku ketika membuka pintu restoran itu.
Yah, kupersingkat saja. Pada saat ini ketika aku membuka pintu restoran itu, seseorang menyapaku dengan ucapan selamat datangnya. Setelah itu saat ia menyambut kedatanganku, aku segera menanyakan tentang pengumuman yang tertera didalam toko itu.
“Maaf, apakah benar restoran ini membutuhkan seorang *Shefu?” tanyaku.
Mungkin kalian akan sedikit terkejut karena aku belum menjelaskannya kepada kalian. Meskipun aku pemalas, namun aku cukup mahir dalam memasak tentunya. Tetapi karena sifat pemalasku yang cukup luar biasa, akhirnya aku menghentikan semua keahlian itu.
Namun kemarin malam ini, semenjak kehadiran Charon yang sangat tiba-tiba itu, aku bermaksud untuk memulainya kembali.
Memulai kehidupan yang baru.
Walaupun tidak sepenuhnya..
Mungkin..
Pada saat itu, aku tersadar akan setiap kemalasan yang sudah kulakukan.
Kesalahan dimasa lampau.
Karena selama ini aku sudah terlalu banyak menyusahkan ibu, itu yang kusadari kemarin. Aku selalu bermalas-malasan ditengah kondisinya yang cukup melelahkan. Tak jarang, ibu terlihat sudah tidur ketika aku berada di rumah cukup larut.
*Shefu ( Chef ) = Koki.
Mungkin karena ia memikirkan kondisi fisiknya untuk berkerja di keesokan harinya. Lalu pelayan itu memanggil manager didalam restoran itu. Manager itu tersenyum cukup ramah kepadaku.
Sejenak, ia menanyakan usia dan statusku sampai pada akhirnya ia benar-benar mempertemukanku dengan pimpinannya.
Aku menunggunya cukup lama, ketika ia menghilang meninggalkanku. Aku duduk di sebuah ruang tunggu yang telah disiapkannya, sampai ia benar-benar mengantarkanku kepada pimpinannya.
“Permisi, *Sancho.. saya mengantarkan pemuda ini kehadapan anda,” ucap manager itu ketika membuka pintu ruangan itu.
“Silahkan masuk..” ucap pimpinan dengan senyumannya ketika melihat kehadiranku di depan pintunya.
“Permisi, *Taichou,” ucapku.
Setelah itu terjadilah wawancara singkat antara aku dengan kepala pimpinan restoran itu.
*Sancho - * Taichou = Pimpinan - Presdir.
Ia menanyakan statusku, umurku, serta tempatku bersekolah, yah seperti itulah. Namun, aku cukup gugup ketika berbicara dengannya, entah mengapa..
Mungkin itu semua karena aku kurang bersosialisasi dengan lingkungan, yah mungkin begitu menurutku. Sampai pada akhirnya sampailah pada pertanyaan klimaksnya.
“Apa yang menjadi alasanmu ingin bekerja di sini?” tanyanya.
Aku tidak merasa ragu.
Menjawab pertanyaannya itu.
“Saya ingin membantu ibu saya menutupi biaya sekolah, Taichou,” jawabku.
Sejenak setelah mendengar jawabanku, pimpinan restoran itu terdiam. Ia terdiam dengan sangat tenang seakan ia mempertimbangkan jawaban yang kuberikan kepadanya.
“Pekerjaan apa yang kamu inginkan?” tanyanya.
“Shefu, Taichou,” jawabku tanpa tertahan sedikit pun.
Sebisa mungkin aku mencoba meyakinkan pimpinan itu. Terlihat tenang dan menatap matanya dalam-dalam tanpa keraguan.
Itu semua kulakukan karena menurut manga yang pernah kubaca, tatapan mata berpengaruh pada nilai pembawaan character ketika berhadapan dengan seseorang. Namun ditengah keseriusanku itu, ia hanya termangu.
“Apakah kamu cukup berpengalaman dalam bidang itu?” tanyanya penasaran.
“Saya tidak bisa memastikan itu semua,“ jawabku, “namun jika anda memberikan saya kesempatan untuk berkerja dalam bidang itu, saya akan memastikan bahwa saya cukup mampu dalam menangani bidang itu, Taichou.”
Mendengar ucapanku yang sangat padat dan sangat jelas, membuatnya tertegun. Lalu ditengah keterdiamannya itu, akhirnya ia memutuskannya.
“Baiklah, ikutlah denganku,” ucapnya, “saya akan mengujimu.”
Bisa dibilang aku cukup beruntung dalam situasi itu. Disaat bersamaan, aku mengikutinya menuju arah dapur didalam restoran yang ditunjukannya.
Didalam ujiannya, pimpinan itu menyuruhku membuat suatu masakan yang tak asing didalam ingatanku. Lalu dengan cepat, aku memulai semuanya.
Memasak untuknya.
“Silahkan dicicipi, Taichou,” ucapku dengan sebuah hidangan yang telah selesai. Perlahan ia mulai mencoba mencicipinya. Namun semua itu membuat kekhawatiran didalam benakku.
“Apakah masakan itu cukup memuaskannya?” pikirku.
Namun sepertinya ia cukup senang menerima masakan yang telah kuhidangkan kepadanya. Ia tersenyum lebar, seakan puas dengan apa yang telah dimakannya itu.
“Masakanmu cukup enak,” ungkapnya.
“Cukup katanya?” gerutuku didalam hati.
“Baiklah, mulai besok kamu bisa bekerja disini,” ucapnya dengan senyuman.
Mendengar ucapan darinya membuat hatiku lega.
“Terima kasih, Taichou!” ucapku kepadanya dengan sebuah senyuman.
Setelah itu, aku berulang-ulang mengucapkan kata terima kasih kepadanya. Namun dengan kerendahan hatinya, ia menjawab dengan sebuah ucapan, “Tidak apa-apa,” yah seperti itulah.
Lalu dengan perasaan yang cukup senang aku bergegas kembali menuju ke rumah. Karena hari sudah menjadi cukup larut.
***
Pukul enam sore.
Aku membuka pintu rumah dengan sangat hati-hati. Tapi semua itu sia-sia..
Pintu itu terkunci.
Sama seperti sebelumnya.
Aku merogoh saku didalam celana, lalu mulai memasukan anak kunci didalam lubang pintu itu.
“Aku pulang!” ucapku di depan pintu.
Namun ketika aku mengucapkan salam itu, tak ada satu pun jawaban yang bisa terdengar dari dalam rumah. Memang, terkadang ibu bekerja lebih larut dalam kesehariannya walaupun hanya beberapa hari dalam seminggu. Yah seperti sore hari ini.
“Mungkin ibu akan pulang agak malam..” pikirku.
Ditengah keadaan yang kosong itu, aku memulai semuanya. Aku membersihkan badanku, menganti pakaian, lalu membuat beberapa hidangan di meja dengan bahan seadanya. Meskipun sudah lama sekali aku tidak melakukan ini.
“Sudah lama sekali yah..” pikirku.
Aku tertegun sejenak ketika mengingat hal itu. Tak banyak kata yang bisa ku ungkapkan, bila aku mengingat semua kejadian itu.
Pengalaman pahit.
“Mengapa aku baru menyadarinya kemarin,” ucapku.
Memang sebelum ini, aku pernah melakukan perkerjaan rumah untuk membantu ibu. Tapi itu sudah lama sekali.. Mungkin sekitar satu tahun lamanya.
Satu tahun yang lalu.
Pada saat itu, pada saat aku beranjak tumbuh dewasa diusiaku yang mencapai enam belas tahun. Mungkin untuk ukuran anak diusia enam belas tahun itu adalah masa dimana remaja tumbuh dewasa dan menikmati masa mudanya.
Disaat itu aku berusaha keras, mulai dari mencuci, membersihkan perabotan rumah sampai membantu ibu memasak. Bekerja sambil memperhatikan ibu memasak. Dari situ aku mengetahui banyak hal.
Keahlian dalam memasak.
Dari ibu aku mengetahui berbagai macam masakan, mulai dari hal yang tersulit sampai masakan yang paling termudah. Pada awalnya aku menekuni kegiatan itu. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan itu ku tinggalkan.
Aku terjun kedalam dunia Otaku.
Pada akhirnya karena kebiasaan membaca manga dan menonton anime yang cukup menyenangkan membuat kemalasan didalam pikiranku.
Aku mulai menekuni hobi itu.
Yah, sampailah pada sekarang ini. Namun pertemuan yang terjadi antara aku dan Charon membuat kesadaran didalam pikiranku. Jauh didasar lubuk hatiku, aku tergerak.
Kesadaran didalam hatiku.
Mungkin bila aku tidak dapat meninggalkan semua itu, tetapi bukan berarti aku harus terpaku dalam dunia itu bukan? Itulah salah satu hal yang kupelajari dari kejadian kemarin. Dari kejadian itu, aku menarik banyak kesimpulan..
Aku harus bisa membagi waktu.
Yah begitulah menurutku. Memang benar, sekarang umurku sudah mencapai tujuh belas tahun. Dilihat darimana pun, diusia yang dibilang cukup dewasa ini, kegiatan itu terlihat seperti hal yang harus ditinggalkan. Namun sepertinya semua itu sangat sulit, sebab manga dan anime sangat mengesankan.
Membuat kesan tersendiri didalam hatiku..
Itulah kesanku..
Mungkin aku akan memilih pilihan yang kedua.
Tak terasa satu jam telah berlalu. Namun diwaktu yang tak terlalu malam itu, aku sudah sangat kelelahan. Tentu saja, karena seharian ini aku berjalan memutari pusat kota Kyoto. Yah walaupun jarak antara pusat Kyoto dan rumah ini tidak terlalu jauh.. Mungkin setengah jam.
Melihat pandanganku yang mulai kabur, serta kelopak mataku yang terasa sangat berat, akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Walaupun saat ini baru pukul tujuh. Sebenarnya aku ingin sekali menunggu kedatangan ibu sepulang kerja, namun mau bagaimana lagi.
Setelah memastikan pintu rumah terkunci rapat, aku menutup semua hidangan yang ada di meja untuk ibu.Dengan langkah perlahan, aku menuju lantai dua tempat dimana peristirahatanku berada. Lalu setelah memastikan semuanya telah terselesaikan, aku membaringkan tubuhku.
Menutup mataku dengan sangat cepatnya dan terlelap didalam gelapnya malam.
Mungkin semua penyesalanku takkan pernah terbayar..
Namun aku akan berusaha semampu mungkin untuk menebusnya.
Dark Eyes - The Beginning of Evil All Chapter
Chapter 03 - END
To be continued Chapter 04 - Tanya Hati
0 comment:
Post a Comment