- Title: Dark Eyes - The Beginning of Evil ( Phrase 11 )
- Author: Valdo L Finz
- Genre: Fantasy, Action, Romance, Slice of life, Comedy.
- Status: Completed
- Previous story: Benih Cinta - Click Here
- Main Menu: Click here to see more titles
BAB XI
Rechi?!
Lima belas juli, pukul dua belas siang.
Aku terbangun dari tidurku.
"Sudah jam berapa ini?!" gumamku sambil melirik jam tangan.
Ternyata setengah pelajaran telah kulewati.
Pagi ini aku mengawali pelajaran dengan tidur siang di kelas. Sebab, beberapa hari ini aku sangat kelelahan karena kurang tidur. Itu terjadi karena sepanjang malam aku terus menghabiskan waktu berhargaku untuk menjaga Charon. Tapi entah mengapa, aku sangat senang sekali melakukannya.
Seperti ada perasaan hangat setiap kali berada di dekatnya. Sebuah perasaan rindu yang telah tersimpan lama dan aku tak pernah tahu akan hal itu.
“Sehangat inikah berada di dekat seorang iblis?!” pikirku ketika menatap tubuhnya.
Sepanjang malam aku terus menjaganya dengan sesekali membasuh keningnya dengan kain basah. Menunggunya sepanjang malam menantikan kesehatannya. Walaupun itu terkadang membuatku sangat kelelahan.
Oh iya, aku sampai lupa menjelaskan keadaan Yuri!Semenjak jiwanya terlepas dari belenggu Leviathan, Yuri beranjak menjadi anak yang lembut!
Yah walaupun terkadang dia masih sering mengangguku dengan kejahilannya. Ketika waktunya senggang, Yuri sering bertanya tentang keadaan Charon. Entah ada apa dengan dirinya, contohnya seperti pagi ini.
"Wataku! bagaimana keadaan Charon?" tanyanya di tengah keadaanku.
"Sudah beranjak pulih," gumamku setengah mengantuk.
Namun semenjak kejadian itu, Yuri jarang sekali menatapku. Wajahnya selalu memerah ketika berhadapan denganku. Itu wajar saja, karena pada waktu itu dia menciumku. Terkadang wajahku juga memerah bila membayangkan kejadian itu. Seperti sekarang ketika menatap matanya.
Terlebih lagi aku mendapatkan ciuman kedua dari Charon, si iblis pencari jiwa tersesat. Lengkap sudah keberuntunganku.Pada saat itu aku sangat senang sekali. Aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung! Tentu saja, bagaimana tidak senang? Aku mendapakan ciuman berturut-turut dari dua orang wanita cantik. Walaupun itu terjadi secara kebetulan tanpa keinginanku.
Rasanya aku jadi sedikit mengerti rasanya menjadi “Seita dalam anime “Kiss Lucky Sis. Tapi sepertinya hari ini dewa keberuntungan tak berpihak kepadaku.
Pagi ini sehabis terbangun dari tidur panjangku, aku segera bergegas menuju sekolah. Bersiap-siap dengan cepat, beranjak dengan tergesa-gesa dan melupakan suatu hal yang sangat penting! Aku pergi menuju sekolah tanpa membawa *Bento yang biasa ibu buatkan untukku! Ini akibat aku terlalu siang membuka mataku.Tentu saja, setelah dihukum karena keterlambatanku, bekal makananku pun tertinggal.
*Bento = Bentuk makanan satu porsi (Single Portion)
“Mengapa nasib sial selalu menghampiriku?” pikirku.
"Lapar.." gerutuku.
Di dalam keadaan itu, perutku terus berbunyi, seakan menunjukan betapa laparnya cacing yang ada di dalam perutku.
"Kamu lupa membawa bekal makanan yah, Wataku?" tanya Yuri.
Dari ekspresinya sepertinya Yuri tahu akan keadaanku. Karena pada waktu itu hanya aku yang tidak memakan bekal makanan saat jam istirahat berlansung.Aku hanya mengangguk lemas tak berdaya menjawab pertanyaannya.
Sebenarnya bisa saja aku membeli bento yang dijual di kantin sekolah, akan tetapi sepertinya keadaanku tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan seperti itu.Yuri hanya tersenyum melihat tingkahku yang kelaparan. Tetapi di tengah sikapnya itu, tak lama kemudian Yuri mulai membuka bekal makan siangnya dan menawarkannya kepadaku.
"Mari silahkan! kamu bisa memakan bentoku jika kamu mau!" ucapnya.
Aku pun tersenyum senang mendengar ucapannya. Tentu saja, aku memang sungguh sangat kelaparan. Karena pada pagi ini aku tidak menyantap sedikit pun roti yang biasa disediakan ibu di meja makan.
"Sungguh?" kataku dengan mata yang berbinar-binar.
"Sungguh," ucapnya sambil tersenyum, "kamu boleh memakan bentoku.. aku bisa membelinya nanti di kantin."
Tanpa ragu-ragu lagi, aku segera mendekat pada target yang telah ditentukan, yaitu bekal makan siangnya. Mengambilnya, dan bersiap-siap memakannya..Kejadian itu akan berlansung, sampai tiba-tiba...
“Wakatsu!" teriak seseorang memanggil namaku.
Teriakannya sangat keras, sampai-sampai bisa membangunkan beruang kutub yang sedang berhibernasi. Lebih parahnya lagi dia membuka pintu dengan sangat kencangnya.
“Sungguh sangat merepotkan,” gumamku.
Dia adalah Charon..
Baru saja dirinya dibicarakan, ia sudah datang di hadapanku.
“Apa ini yang dinamakan panjang umur?!” pikirku.
Teman-teman menatap ke arahku begitu Charon memanggil namaku. Keheranan terpancar dari tatapan mata mereka. Mungkin mereka berpikir, mengapa ada seorang gadis datang menghampiriku. Yah seperti itulah menurutku. Karena selama ini hanya manga yang selalu terlihat di sekelilingku.
Dengan cepat, aku mendekati Charon. Menarik tangannya, dan membawanya keluar menuju koridor di depan pintu kelas. Sebisa mungkin aku berusaha mengeluarkan pandangan dirinya dari teman-teman di kelas.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku kepadanya.
“Terlebih lagi kamu dalam posisi yang terlihat,” gerutuku.
“Aku datang mengantarkan bekal makananmu yang tertinggal, Wakatsu!” ucapnya sambil tersenyum.
Lalu pada saat bersamaan, tangannya mengulurkan sebuah bento. Bekal makan siang yang sudah disiapkan ibu sejak pagi.
“Uwah... bentoku!” ucapku girang.
“Tadi pagi ibu terkejut melihat bekal makananmu yang tertinggal ketika aku beranjak sadar,” jelasnya, “jadi kupikir, sebaiknya aku yang mengantarkannya kepadamu!”
Aku tersenyum lebar kepadanya. Ketika itu aku merasa menjadi manusia yang paling berbahagia.
Saat dimana aku mendapatkan bentoku kembali di hadapanku.
Sepertinya dewa keberuntungan kembali kepadaku.
Tanpa ragu-ragu, aku segera mengambil bekal makanan yang ada digenggaman tangannya.
“Terima kasih, Charon!” ucapku dengan tersenyum.
Charon sedikit tersipu mendengar ucapan hangat yang kuberikan kepadanya. Wajahnya terlihat sedikit memerah.
“Bagaimana keadaanmu? bukankah kamu sedang sakit?” tanyaku kepadanya dengan cemas. Bagaimana tidak cemas, semalaman Charon hanya tertidur lemas di atas tempat peristirahatannya.
“Aku sudah baikan!” jawabnya dengan tersenyum.
Lalu tak lama kemudian setelah obrolan kami yang singkat, perlahan Yuri datang menghampiriku dari dalam kelas..
“Charon!” pekiknya.
Namun di tengah kehadiran Yuri, Charon mulai mengingat sesuatu.
“Kamu kan teman Wakatsu waktu itu,” ucap Charon, “teman Wakatsu yang tersesat dalam jiwa Leviathan.”
Aku dan Yuri terdiam ketika Charon mengucapkan perkataan itu.
Wajah kami kembali memerah.
Mendengar ucapan Charon membuat kami mengingat setiap kejadian itu.
Charon sungguh bodoh..
"Pertemuan sebelumnya aku belum sempat memperkenalkan diri, namaku Yamada Yuri!" ucap yuri dengan ekspresi hangatnya, “senang bertemu denganmu kembali!”
"Aku Charon," jawabnya.
"Aku sudah tahu itu, Wataku memberitahukan namamu pada waktu itu," jawab Yuri.
"Wataku?" tanya Charon heran.
Tentu saja Charon heran, sebab Charon belum tahu tentang nama panggilanku di sekolah. Di tengah keheranan Charon, Yuri dengan cepatnya mendekatkan diri kepada Charon. Berbisik kepadanya, dan menjawab semua keheranan yang ada dalam pikiran Charon. Tak lama setelah bisikan Yuri yang singkat, mereka berdua tertawa senang.
“Sungguh menyebalkan..” gerutuku di dalam hati.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Yuri.
“Sudah mulai membaik,” jawab Charon tersenyum.
“Ini berkat Wakatsu yang selalu menjagaku sepanjang malam!” ucapnya.
Sepertinya Yuri terlihat sedih ketika mendengar ucapan Charon dan aku tak tahu mengapa itu.
Apa mungkin Yuri menyukaiku?!
“Syukurlah jika keadaanmu baik-baik saja!” ucap Yuri sambil tersenyum.
Setelah itu perbincangan singkat antara mereka berdua pun berlansung. Kejadian itu terus berlansung, sampai seorang wanita datang menghampiriku.
“Akika-san!” ucapnya melambaikan tangan dari kejauhan.
Benar, wanita itu adalah Nakata Yuka. Ia berlari dengan sangat kencangnya di dalam koridor dan datang menghampiriku.
“Siapa itu?!” tanya keduanya serentak ketika melihat Nakata datang menghampiri dan menyebut namaku.
“Sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan..” pikirku.
“Oh, Nakata-san,” sapaku kepadanya.
“Maaf menganggu waktumu, Akika-san!” ucap Nakata setelah berhasil mendekatkan diri kepadaku.
“Siapa mereka?” tanya Nakata kepadaku ketika sadar dan melihat Charon dan Yuri yang berada bersamaku.
“Hai!” sapa nakata kepada Yuri dan Charon dengan tersenyum.
Pada saat yang bersamaan Yuri tersenyum. Sementara Charon hanya bersikap acuh ketika Nakata menyapanya.
“Kenalkan Nakata, mereka teman-temanku,” jawabku kepada Nakata.
“Namaku Nakata Yuka! salam kenal!” ucapnya kepada Charon dan Yuri.
“Aku Yamada Yuri!” jawab Yuri tersenyum.
“Aku Charon..” jawab Charon datar.
Begitulah jawaban dari keduanya, entah mengapa sepertinya mereka terlihat terganggu ketika melihat kehadiran Nakata.
“Senang bisa berkenalan dengan kalian!” ungkapnya kepada Charon dan Yuri.
Charon hanya bersikap acuh ketika mendengar perkataan Nakata. Sementara Yuri hanya masih tersenyum manis menanggapi perkataannya.
“Baiklah, aku harus segera bergegas pulang Wakatsu!” ucap Charon beranjak meningalkanku, begitu juga Yuri..
“Baiklah, aku masuk kelas dulu yah, Wataku! ucapnya.
Sepertinya ada yang aneh dengan mereka berdua. Keheranan mulai menganggu pikiranku ketika melihat reaksi mereka.
“Mungkin salah makan..” pikirku.
Kemudian Charon dan Yuri mulai beranjak meninggalkanku, membiarkanku berdua dengan Nakata. Lalu di tengah keberanjakan Charon yang sedikit demi sedikit mulai menjauh..
“Wah-wah, ternyata kamu banyak penggemar yah, Akika-san!” kata Nakata kepadaku.
“Penggemar?” tanyaku heran.
“Sepertinya mereka cemburu akan kedatanganku,” ucap Nakata sambil tertawa kecil.
“Bagaimana kamu bisa tahu?” tanyaku kepada Nakata.
“Kamu lupa yah? aku ini bisa membaca warna hati manusia,” jawabnya kepadaku.
“Benar juga..” pikirku.
“Aku bisa melihat kemarahan dalam warna Charon, sedangkan Yuri, aku melihat kecemburuan pada warnanya,” jelasnya.
Aku sedikit mengerti akan kenyataan yang terjadi ketika mendengar penjelasan Nakata.
“Tapi ada yang aneh dengan warna Charon,” tambahnya.
“Aneh? mengapa?” tanyaku heran.
Dia terdiam sejenak dari pertanyaanku, namun ekpresinya berubah ketika dia mulai menjelaskan.
“Warnanya Charon merah, merah menunjukan kemarahan, kebencian, keberanian pada seseorang,” jelasnya, “akan tetapi warna merahnya bukan seperti warna merah biasa pada umumnya.”
“Sepertinya warna merah ini belum pernah kulihat sebelumnya..” gumamnya.
Aku terdiam mendengar perkataannya. Untuk sejenak aku memandang tubuh Charon yang mulai menjauh.
“Ada apa dengan warnanya?!” pikirku.
Mengapa warnanya berbeda dari yang lainnya?!
Sepertinya perkataan Nakata yang satu ini akan selalu tersimpan di dalam hatiku mulai dari sekarang.
Apa itu karena dia seorang iblis?!
Setelah itu aku kembali melanjutkan pembicaraan dengan Nakata. Mengalihkan pandangan mata yang tertuju kepada Charon.
“Lantas, mengapa kamu bisa berada di sini?” tanyaku kepadanya.
“Aku bersekolah di sini Akika-san! ruangku berada di lantai bawah!” jawabnya.
Sungguh suatu hal yang kebetulan, Nakata bisa berada dalam sekolah yang sama denganku.
“Kamu ada perlu apa denganku?” tanyaku kepadanya.
“Kamu lupa yah! sebelumnya’kan aku sempat meminta tolong kepadamu!” jawabnya.
Mendengar perkataannya membuatku tertegun, aku terdiam memikirkannya..
Mencoba berusaha mengingat kata-kata yang diucapkannya..
Benar! aku lupa dengan permohonannya. Permintaan Nakata tentang membujuk adiknya di tengah warnanya yang mulai memudar.
“Lalu kapan kau ingin memulainya?” tanyaku setelah berhasil mengingat.
Tak lama kemudian ditengah pertanyaanku dengan nakata, di depanku terlihat Rechi yang sedang berjalan menuju ke arah kami. Lalu ketika berjalan, Rechi tepat berpapasan dengan Charon..
Tapi ada apa ini?!
Charon menatap tajam ke arah Rechi. Mata Charon tak henti-hentinya memandang punggung Rechi. Kemudian di tengah keberanjakannya, ia mulai mengikuti Rechi dengan berjalan di belakangnya. Sampai-sampai ia berada tepat di tempatku kembali.
“Apakah dia temanmu, Wakatsu?” ucap Charon kepadaku setelah Rechi memasuki ruangan kelas.
Sementara aku dan Nakata hanya terdiam melihat prilakunya itu. Bagi Nakata pasti sungguh sangat aneh melihat sikapnya yang seperti itu.
“Benar, dia adalah temanku,” jawabku.
“Tentu saja ia teman sekelasku..” pikirku.
“Ada apa, Charon-san?” tanya Nakata heran.
“Jiwanya adalah jiwa yang tersesat..” jawab Charon dengan nada datarnya.
“Jiwa yang tersesat?!” tanya Nakata heran.
“Apa?! Rechi mempunyai jiwa yang tersesat?!” pekikku.
Aku berteriak kecil seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Charon.
“Itu benar wakatsu..” ucap Charon.
“Dan dosanya adalah Hawa nafsu ( Asmodeus ).”
Dark Eyes - The Beginning of Evil
Chapter 11 - END
To be continued Chapter 12 - Penyelamatan
0 comment:
Post a Comment